balloon_head
balloon_head
balloon_head
balloon_head

sejarah banten lama ⏩ cdi megapro lama

sejarah banten lama

Sejarah Banten dimulai sejak abad ke-16 ketika Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, meski sang sunan tidak pernah menjadi raja di sana. Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 Masehi), yang juga putra Sunan Gunung Jati. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1692), Banten mencapai puncak kejayaan terutama dalam perdagangan internasional yang terkenal. Selain menjadi pusat penyebaran agama Islam, pelabuhan Banten juga dikenal sebagai pusat perdagangan internasional yang termashur. Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten adalah kerajaan bercorak Islam yang didirikan pada tahun 1552 oleh Syarif Hidayatullah. Ibu kota Kesultanan Banten terletak di Surosowan, Banten Lama, Kota Serang. Kerajaan Banten berakhir sekitar tahun 1816. Pada tahun 1913, Situs Kesultanan Banten ditetapkan sebagai Cagar Budaya yang harus dilindungi oleh pemerintah, terutama Keraton Surosowan yang terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, kawasan Banten Lama, Kota Serang, Banten. Asal usul nama Banten disebut berasal dari istilah "katiban inten" yang berarti kejatuhan intan. Sejarah dari istilah "katiban inten" ini berawal dari sejarah Banten yang semula masyarakatnya menyembah berhala, kemudian memeluk agama Budha. Kemudian ajaran Islam masuk ke Banten, dan masyarakat pun mulai mengenal dan memeluk agama Islam. Kesultanan Banten dikenal dengan nama Bantam di dunia barat. Berdirinya kesultanan ini berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat laut Pulau Jawa, dengan Banten sebagai salah satu kota penting pada waktu itu. Sebelum periode Islam, Banten telah menjadi kota yang penting. Dalam Carita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang yang dihubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Selain itu, di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama terdapat lukisan dua duta besar Keraton Banten yang dikirim ke Inggris pada tahun 1682, yaitu Kiai Ngabehi Wira Pradja dan Kiai Abi Yahya Sendana. Archaeological Remains of Banten Lama, yang dibuat Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1984, juga menyatakan bahwa sejarah Banten terutama terjadi pada abad ke-16. Terdapat juga meriam yang berukuran cukup besar di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang berasal dari Kesultanan Banten. Meriam ini memiliki ukuran panjang 341 cm, diameter bagian belakang 66 cm, diameter mulut atau moncong bagian luar 60 cm dan bagian dalam 32 cm. Adapun lebar bagian yang menonjol 1,15 m. Sedikit berbeda dengan K.C. Crucg, yang menyebutkan meriam Ki Amuk.